Ketika Resident Evil 5 dirilis pada tahun 2009, game ini menandai perubahan besar dalam arah franchise Resident Evil. Dari akar horor-survival yang penuh tekanan dan atmosfer seram kingkong 4d, kini seri ini melangkah lebih jauh ke dalam wilayah aksi yang penuh ledakan dan pertempuran intens. Namun, bukan berarti unsur ketegangan sepenuhnya hilang. Justru Resident Evil 5 menghadirkan kombinasi unik antara horor biologis dan aksi militer, dibalut dalam latar eksotis Afrika dan misteri virus yang terus berevolusi.
Sebagai editor, saya melihat Resident Evil 5 sebagai titik transisi penting dalam waralaba. Game ini bukan hanya melanjutkan jejak dari Resident Evil 4, tetapi juga memperkenalkan sistem co-op penuh dan cerita yang lebih global. Meski tak luput dari kontroversi, RE5 tetap menjadi salah satu game paling sukses dan paling banyak dibicarakan dalam sejarah franchise.
Cerita: Dari Raccoon City ke Kandasnya Afrika
Kisah dalam Resident Evil 5 berpusat pada Chris Redfield, karakter ikonik dari game pertama, yang kini menjadi agen dari BSAA (Bioterrorism Security Assessment Alliance). Ia dikirim ke wilayah fiktif di Afrika bernama Kijuju untuk menyelidiki laporan aktivitas bioterorisme. Di sana, ia dipasangkan dengan agen lokal Sheva Alomar, yang menjadi partner pertamanya dalam petualangan ini.
Namun yang mereka hadapi bukanlah sekadar sekelompok pengacau bersenjata. Warga Kijuju telah terinfeksi oleh parasit baru bernama Plaga-Tipo Majini, sebuah bentuk lanjutan dari virus yang pernah muncul dalam Resident Evil 4. Semakin dalam mereka menyelidiki, semakin jelas bahwa ada kekuatan besar di balik semua kekacauan ini. Dan nama itu, tentu saja, adalah Albert Wesker, musuh lama Chris, yang kini memiliki rencana untuk menyebarkan virus baru dalam skala global.
Dengan atmosfer panas terik, reruntuhan kuno, tambang minyak, dan laboratorium rahasia, Resident Evil 5 membawa pemain dalam perjalanan penuh bahaya dan konspirasi. Ceritanya menyatu dengan lore Resident Evil sebelumnya, memperkenalkan kembali karakter lama seperti Jill Valentine, serta mengungkap rahasia tentang eksperimen virus yang lebih mengerikan.
Gameplay: Aksi Intens dengan Rasa Survival
Secara gameplay, Resident Evil 5 dibangun di atas fondasi Resident Evil 4. Sudut pandang over-the-shoulder tetap dipertahankan, begitu juga dengan sistem aiming presisi dan inventory berbasis grid. Tapi kali ini, pengalaman terasa jauh lebih cepat dan eksplosif.
Hal yang paling mencolok tentu adalah fokus pada co-op. Untuk pertama kalinya, game Resident Evil bisa dimainkan dari awal hingga akhir bersama teman, baik secara online maupun split-screen lokal. Chris dan Sheva saling bahu membahu dalam pertempuran, memecahkan teka-teki, dan saling menyelamatkan ketika sekarat. Ini memberi rasa dinamika tim yang segar dan membuat banyak misi terasa lebih seru.
Namun, sistem AI Sheva saat bermain solo cukup mendapat kritik. Ia sering kali membuang peluru, menggunakan item medis sembarangan, atau malah berdiri diam di tengah tembakan. Meskipun bisa diatur perintahnya, Sheva jelas lebih optimal dimainkan oleh manusia.
Dalam hal pertempuran, RE5 menawarkan ragam senjata yang bisa di-upgrade, dari handgun, shotgun, rifle, hingga senjata spesial seperti gatling gun dan bow. Pemain bisa membeli atau menjual senjata dan item di antara misi, membuat sistem manajemen persediaan lebih fleksibel. Sayangnya, game ini tetap melarang pemain untuk menembak sambil berjalan—sesuatu yang di masa kini dianggap usang, tapi kala itu masih jadi bagian dari tantangan.
Teka-teki juga hadir, meski tidak sebanyak era klasik. Beberapa area menantang pemain untuk menyinari patung, mengatur jalur cermin, atau membuka gerbang dengan mekanisme rumit. Meski tidak sulit, ini memberi variasi yang menyenangkan di antara baku tembak.
Musuh dan Bos: Dari Majini hingga Wesker
Musuh utama dalam Resident Evil 5 adalah Majini, warga Kijuju yang telah diubah oleh parasit Plaga. Berbeda dengan zombie biasa, mereka lebih agresif, cepat, dan mampu menggunakan senjata. Bahkan ada yang mengendarai motor, melempar granat, dan menyergap dari segala arah.
Namun ancaman terbesar tentu datang dari para boss. Di antaranya:
- Uroboros Mkono: Monster hitam mengerikan yang terbentuk dari virus Uroboros, memerlukan strategi khusus dan senjata berat untuk dikalahkan.
- Gigante: Monster raksasa yang mirip dengan yang ada di RE4, kini lebih kuat dan disertai pertempuran kendaraan.
- Excella Gionne: Pemimpin Tricell yang berubah menjadi makhluk raksasa dalam salah satu boss fight paling grotesk.
- Albert Wesker & Jill: Pertarungan klimaks yang emosional dan menegangkan, terutama karena Jill kini berada di bawah kendali musuh.
Pertarungan melawan Wesker menjadi salah satu yang paling diingat dalam franchise ini, dengan penuh gaya sinematik, kejar-kejaran, dan duel tangan kosong yang intens. Satu kata untuk semua ini: epik.
Visual dan Audio: Suasana yang Panas dan Mencekam
Untuk game tahun 2009, Resident Evil 5 tampil luar biasa. Dunia Kijuju terasa hidup dengan pencahayaan matahari yang menyilaukan, efek pasir dan angin, serta detail lingkungan yang memikat. Dari pasar yang kacau, gua purba, hingga laboratorium futuristik, semua lokasi dibuat dengan variasi yang kuat dan atmosfer yang khas.
Karakter juga digambarkan dengan ekspresi realistis, ditambah motion capture yang sangat rapi. Gerakan Chris dan Sheva terasa berat namun presisi, mendukung nuansa aksi yang intens.
Audio dalam game ini tak kalah penting. Musik latar mampu berubah dari tenang menjadi dramatis dalam sekejap, tergantung situasi. Suara musuh, raungan bos, dan teriakan Sheva ketika berada dalam bahaya, semuanya menambah ketegangan permainan. Voice acting juga dilakukan dengan sangat baik, terutama oleh Roger Craig Smith sebagai Chris dan Karen Dyer sebagai Sheva.
Mode Tambahan dan Replayability
Setelah menyelesaikan cerita utama, pemain masih bisa menikmati berbagai mode tambahan:
- The Mercenaries: Mode klasik yang kembali hadir dengan sistem waktu dan skor tinggi. Cocok untuk pemain yang suka tantangan cepat.
- Versus Mode: Mode PvP yang memungkinkan pemain saling bertarung online.
- Desperate Escape & Lost in Nightmares (DLC): Dua cerita pendek yang menampilkan Jill, Chris, dan Josh Stone. Memberi latar belakang penting dan gameplay berbeda.
Dengan sistem ranking, upgrade senjata, dan banyak unlockable item, RE5 punya replayability tinggi. Bahkan mode Professional bisa menjadi tantangan serius bagi para veteran.
Kontroversi dan Warisan
Tak bisa dipungkiri bahwa Resident Evil 5 mendapat kritik karena pendekatannya yang jauh dari akar horor. Beberapa menyebutnya terlalu mirip game aksi. Isu representasi pun sempat muncul, terutama karena latar Afrika dan desain musuh Majini, meskipun Capcom menambahkan karakter Afrika seperti Sheva untuk meredam isu tersebut.
Namun dari sisi komersial, game ini adalah salah satu Resident Evil terlaris sepanjang masa. Ia membuktikan bahwa franchise ini mampu berevolusi dan menjangkau audiens yang lebih luas tanpa kehilangan identitas intinya.
Penutup: Aksi Brutal dan Kisah Klasik dalam Gaya Baru
Resident Evil 5 bukan game horor murni. Ia adalah perpaduan dari dunia kegelapan biologis dan ledakan-ledakan aksi bergaya Hollywood. Meskipun tidak disukai semua penggemar lama, tidak bisa disangkal bahwa game ini memiliki kualitas, nilai hiburan, dan narasi penting dalam dunia Resident Evil.
Dengan sistem co-op yang solid, cerita yang mengikat antara masa lalu dan masa depan, serta bos yang tak terlupakan, Resident Evil 5 tetap menjadi bagian tak tergantikan dari saga ini.
Jika kamu ingin menjelajah dunia yang panas, penuh musuh, misteri virus, dan pertarungan brutal—Resident Evil 5 masih pantas dimainkan, bahkan bertahun-tahun setelah rilisnya.